Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti merasakan berbagai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Nikmat tersebut bisa berupa kesehatan, rezeki, ilmu pengetahuan, dan banyak lagi. Namun, sangat penting bagi setiap muslim untuk menyadari bahwa nikmat-nikmat tersebut harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk melakukan perbuatan maksiat.
Abu Hazim, seorang ulama terkemuka, pernah berkata, "Nikmat yang tidak digunakan untuk ketaatan adalah musibah." (Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82). Pernyataan ini mengandung hikmah yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya memperlakukan nikmat yang diberikan oleh Allah.
Makna Nikmat dalam Perspektif Islam
Nikmat dalam Islam merujuk pada segala bentuk pemberian dan rahmat yang Allah limpahkan kepada hamba-Nya. Ini mencakup aspek-aspek kehidupan seperti kesehatan, harta, pengetahuan, dan bahkan waktu. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 18:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa nikmat Allah begitu banyak dan tidak terhitung. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan setiap nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya.
Nikmat yang Tidak Digunakan untuk Ketaatan
Abu Hazim menekankan bahwa nikmat yang tidak digunakan untuk ketaatan adalah musibah. Ini berarti, jika kita tidak memanfaatkan nikmat Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, maka kita sebenarnya sedang menyia-nyiakan karunia yang telah diberikan. Lebih buruk lagi, jika nikmat tersebut digunakan untuk berbuat maksiat, maka nikmat itu berubah menjadi sumber malapetaka bagi kita.
Contohnya adalah kesehatan. Jika seseorang menggunakan kesehatannya untuk melakukan perbuatan dosa seperti minum alkohol, berjudi, atau melakukan tindakan amoral lainnya, maka kesehatan yang seharusnya menjadi nikmat berubah menjadi musibah. Demikian juga dengan harta, jika digunakan untuk berfoya-foya atau hal-hal yang tidak diridhai Allah, maka harta tersebut bukan lagi nikmat tetapi justru akan membawa kerugian di dunia dan akhirat.
Dampak dari Penyalahgunaan Nikmat
Penyalahgunaan nikmat dapat membawa berbagai dampak negatif, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, seseorang mungkin akan menghadapi berbagai masalah seperti penyakit, kebangkrutan, atau hilangnya kehormatan. Sementara di akhirat, penyalahgunaan nikmat dapat menyebabkan seseorang mendapat azab dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
"Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga dia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya, untuk apa dia habiskan; tentang ilmunya, bagaimana dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia belanjakan; dan tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menekankan bahwa setiap nikmat yang kita terima akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Menggunakan Nikmat untuk Ketaatan
Untuk menghindari penyalahgunaan nikmat, kita harus selalu berusaha untuk menggunakan setiap karunia yang Allah berikan untuk hal-hal yang diridhai-Nya. Ini bisa dimulai dengan niat yang tulus untuk selalu berada dalam jalan ketaatan. Misalnya, menggunakan ilmu yang kita miliki untuk mengajarkan kebaikan, menggunakan harta untuk bersedekah dan membantu sesama, serta memanfaatkan waktu dengan beribadah dan melakukan amal shaleh.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 7:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”
Ayat ini mengajarkan kita bahwa dengan bersyukur dan menggunakan nikmat untuk ketaatan, Allah akan menambah nikmat tersebut. Sebaliknya, jika kita mengingkari nikmat dan menggunakannya untuk maksiat, maka kita akan menghadapi azab yang pedih.
Kesimpulan
Nikmat yang diberikan oleh Allah adalah amanah yang harus kita jaga dan manfaatkan dengan baik. Menggunakan nikmat untuk ketaatan akan mendekatkan kita kepada Allah dan membawa berkah dalam kehidupan. Sebaliknya, menggunakan nikmat untuk berbuat maksiat akan mendatangkan musibah dan azab. Mari kita selalu berusaha untuk menjadi hamba yang bersyukur dan memanfaatkan setiap nikmat untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah SWT.