Dalam ajaran Islam, tawakal adalah konsep yang mengajarkan kita untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala setelah melakukan usaha atau ikhtiar. Tawakal bukan berarti meninggalkan usaha dan hanya mengandalkan takdir, melainkan menyeimbangkan antara upaya yang sungguh-sungguh dan kepercayaan penuh kepada Allah.
Sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban memberikan panduan penting tentang bagaimana seharusnya kita mempraktikkan tawakal. Dalam hadith tersebut, seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ikatlah kemudian bertawakkallah.” Hadith ini mengajarkan kepada kita bahwa tawakal yang benar harus diawali dengan tindakan nyata atau ikhtiar.
Tawakal dan Ikhtiar: Dua Sisi yang Tidak Terpisahkan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang keliru memahami konsep tawakal dengan mengabaikan pentingnya usaha. Mereka mungkin berpikir bahwa cukup dengan berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Allah tanpa melakukan usaha apapun. Padahal, Islam menekankan bahwa tawakal harus didahului oleh ikhtiar terbaik yang bisa dilakukan.
Contoh sederhana dari hadith di atas adalah tindakan mengikat unta sebelum berserah diri kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk melakukan bagian mereka, yaitu ikhtiar, sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan kata lain, kita harus melakukan yang terbaik dalam setiap usaha, baik dalam pekerjaan, pendidikan, kesehatan, maupun aspek kehidupan lainnya, sebelum kita mengharapkan hasil yang baik dari Allah.
Ikhtiar sebagai Bentuk Ibadah
Dalam Islam, ikhtiar dianggap sebagai bagian dari ibadah. Melakukan usaha yang terbaik dalam setiap tindakan kita adalah cara kita menunjukkan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Setiap upaya yang kita lakukan dengan niat yang tulus untuk mencari ridha Allah akan dihitung sebagai pahala. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berusaha semaksimal mungkin dalam setiap aspek kehidupan.
Sebagai contoh, ketika seseorang berusaha untuk mencari rezeki dengan cara yang halal, dia tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dunianya, tetapi juga sedang beribadah kepada Allah. Begitu pula dalam hal kesehatan, seseorang yang menjaga kesehatannya dengan cara yang benar dan berusaha untuk sembuh ketika sakit adalah bentuk ikhtiar yang disertai dengan tawakal.
Hikmah di Balik Tawakal
Tawakal yang didasari oleh ikhtiar mengajarkan kita untuk tetap optimis dan berserah diri setelah berusaha. Ini membawa ketenangan batin, karena kita memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin Allah dan yang terbaik menurut-Nya. Jika hasil dari ikhtiar kita tidak sesuai dengan harapan, kita tidak akan merasa kecewa berlebihan, karena kita telah melakukan yang terbaik dan memahami bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untuk kita.
Kesimpulan
Tawakal terbaik adalah tawakal yang diiringi dengan ikhtiar terbaik. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bijaksana mengajarkan kita untuk selalu melakukan upaya maksimal sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dalam setiap usaha yang kita lakukan, baik itu dalam urusan duniawi maupun akhirat, kita harus mengikat "unta" kita terlebih dahulu, lalu bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati. Dengan cara ini, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan dan kepastian, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah melalui ikhtiar dan tawakal yang benar.